LOKANANTA VS MONUMEN PERS





Solo merupakan salah satu kota di Indonesia yang mempunyai banyak situs sejarah. Situs-situs sejarah yang terdapat di kota Solo ini sebagian besar sangat menunjang kebutuhan pembelajaran baik dari pendidikan tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi. Namun banyak masyarakat yang belum menyadari hal itu sehingga masih banyak situs sejarah di Kota solo yang kurang terawat dan sepi dari pengunjung. Padahal situs-situs sejarah yang ada di kota Solo ini selain bisa menunjang kebutuhan pembelajaran juga bisa menjadi tujuan wisata saat liburan akhir pekan.
            Diantara sekian banyak situs sejarah di Kota Solo, ada dua tempat yang cukup menarik untuk dibahas yaitu Lokananta dan Monumen Pers Nasional. Kedua tempat bersejarah tersebut berada di dua tempat yang berjauhan, Lokananta terletak di pinggiran Kota Solo sedangkan Monumen Pers Nasional terletak di tengah Kota Solo. Meskipun berada di dua tempat yang berbeda tingkat keramaiannya, namun kedua situs sejarah itu memiliki bangunan yang sama-sama masih original dengan desain arsitek sama seperti saat pertama kali dibangun.

            Lokananta merupakan salah satu situs sejarah di Kota Solo yang terletak di Jalan Jend. A. Yani No. 39. Meskipun Lokananta tidak berada di tengah Kota Solo, namun Lokananta cukup mudah untuk dijangkau baik menggunakan sepeda motor, mobil, maupun bis. Letak Lokananta yang berada di pinggir jalan raya dan papan nama Lokananta yang dilengkapi dengan daftar fasilitas yang disediakan juga terpampang besar di bagian depan gerbang tersebut juga memungkinkan bagi siapa saja dapat mengenali dengan jelas bahwa bangunan tersebut adalah Lokananta.
            Lokananta merupakan mayor label yang pertama kali ada di Indonesia dan merupakan satu-satunya ketika didirikan. Lokananta sendiri berasal dari nama seperangkat gamelan di Suralaya yang dapat berbunyi sendiri. Di dalam Lokananta ini terdapat banyak ruangan yang memiliki fungsi sendiri-sendiri. Ruangan yang paling menarik dari seluruh ruangan yang ada di Lokananta ini adalah ruang studio rekaman. Arsitektur gedung ini sangat indah dengan peredam suara di setiap tembok yang didesain sedemikian rupa sehingga menambah keindahan gedung ini. Di dalam studio rekaman tersebut terdapat satu ruang kontrol audio yang lebih kecil dilengkapi dengan peralatan mixer dari tahun 1980 yang konon katanya hanya terdapat 4 di dunia. Selain ruang studio rekaman, di Lokananta juga terdapat ruang penyimpanan piringan hitam yang menyimpan ribuan piringan hitam artis-artis yang pernah rekaman di Lokananta. Di Lokananta ini juga terdapat satu ruangan yang menyimpan dan memamerkan peralatan rekaman kuno yang dulu penah ada di Lokananta seperti pemutar piringan hitam tahun 1970, VHS Video Recorder tahun 1990, Power Amplifier tahun 1960, dan Quality Control tahun 1980.
            Lokananta yang mempunyai visi penyebaran budaya ini merupakan aset yang sangat berharga bagi Indonesia, namun sayang pemerintah kurang memberikan perhatian kepada Lokananta. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya karyawan yang mengurus Lokananta hanya berjumlah 19 orang. Kurangnya perhatian pemerintah juga terbukti dari perjalanan Lokananta yang sempat pailit pada tahun 2000 sehingga menyebabkan Lokananta vakum dari kegiatan produksinya. Minimnya anggaran yang diberikan pemerintah terhadap Lokananta memaksa pengurus Lokananta berinisiatif mencari pemasukan dengan menyewakan tanah di lingkungan Lokananta kepada pihak ketiga. Bantuan-bantuan dari pihak swasta melalui media elektronik juga sangat membantu dalam hal perkembangan Lokananta yangs edang berada dalam masa konsolidasi. Berbagai upaya tersebut dilakukan agar Lokananta dapat segera pulih dan menjadi kebanggan bagi bangsa Indonesia khususnya  masyarakat Solo.
            Beralih dari Lokananta, situs sejarah menarik lain yang terdapat di Kota Solo adalah Monumen Pers Nasional. Monumen Pers Nasional terletak di Jalan Gajah Mada 59 Surakarta. Berbeda dengan Lokananta, Monumen Pers Nasional berada di tengah Kota Solo dengan situasi yang lebih ramai. Bagi masyarakat yang belum mengenal kota solo, sekilas bangunan Monumen Pers Nasional ini terlihat seperti candi. Banyak masyarakat yang tidak menyangka pula bangunan yang terlihat tidak tinggi ini memiliki lima lantai yang terdapat ruangan-ruangan dengan fungsi tersendiri.
            Sama seperti Lokananta, di Monumen Pers ini juga terdapat banyak ruangan. Pertama kali masuk Monumen Pers ini, pengunjung akan disambut oleh empat kepala naga. Di sebelah pintu masuk Monumen Pers juga terdapat kenthongan Kyai Swara Gugah yang melambangkan alat komunikasi pada zaman dulu. Selanjutnya akan dijumpai ruang utama yang biasanya berfungsi sebagai tempat untuk seminar, pameran, dan pengenalan ketika ada kunjungan. Sebelum memasuki ruang utama, di sebelah kiri dan kanan terdapat masing-masing lima patung perintis pers Indonesia. Para perintis pers Indonesia itulah yang menggagas lahirnya Persatuan Wartawan Indonesia pada tanggal 9 Februari 1946. Sedangkan di sebelah kanan dan kiri ruang utama terdapat pameran diorama perkembangan pers Indonesia dari masa pra sejarah hingga masa reformasi. Di sebelah ruang utama ini terdapat ruangan yang memamerkan koleksi dari Monumen Pers ini. Koleksi-koleksi yang terdapat di ruangan tersebut antara lain kamera kuno tahun 1960-an, beberapa jenis mesin ketik kuno, plat cetakan pertama koran Kedaulatan Rakyat, dan koran-koran kuno yang sudah mulai hancur pinggirannya. Di ruangan tersebut juga terdapat satu set baju wartawan Hendro Subroto yang ceritanya dipakai ketika sendang meliput integrasi Timor Timur. Monumen Pers juga menyediakan perpustakaan, ruang media center, dan papan baca di depan bagi masyarakat. Salah satu tempat yang tidak boleh terlewatkan ketika mengunjungi Monumen Pers adalah lantai kelima dari bangunan ini. Di lantai lima tersebut pengunjung dapat melihat kota solo dari ketinggian yang sebenarnya juga tidak terlalu tinggi.
            Jika dibandingkan dengan Lokananta, Monumen Pers Nasional bisa dikatakan lebih beruntung karena dilihat dari fisiknya jelas lebih terawat. Apresiasi masyarakat juga lebih terlihat terbukti dengan banyaknya masyarakat yang membaca koran di papan baca yang disediakan di depan Monumen Pers ini. Bangunan Monumen Pers juga lebih bersih dan lebih terawat. Jumlah pegawai yang bekerja di Monumen Pers juga lebih banyak daripada Lokananta, meskipun selisihnya tidak banyak yaitu lima orang. Sayangnya banyak juga masyarakat yang belum memanfaatkan Monumen Pers ini untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Kondisi pintu gerbang monumen Pers Nasional yang sering tertutup juga membuat masyarakat enggan untuk sekedar mengunjungi tempat ini. Banyak dari kalangan pelajar dan mahasiswa di kota Solo yang belum pernah menjamah Monumen Pers Nasional dikarenakan kebingungan mereka mengenai akses masuk ke dalam Monumen Pers ini.
            Lokananta dan Monumen Pers Nasional merupakan aset negara yang perlu dijaga dan dilestarikan. Kedua bangunan tersebut menyimpan sejarah yang kelak akan berguna bagi penerus  bangsa ini. Meskipun pemerintah kurang memberikan perhatian terhadap perkembangan kedua tempat tersebut, namun Lokananta dengan terus melakukan promosi dan perbaikan fisik, Monumen Pers Nasional dengan digitalisasi media cetak dari jaman sebelum kemerdekaan, mereka sama-sama terus menjaga dan melestarikan aset yang mereka punya melalui tangan-tangan kreatif dari pengelolanya. Hal tersebutlah yang patut diapresiasi dan menjadikan perhatian bagi pemerintah serta masyarakat agar turut mengembangkan, menjaga, dan melestarikan aset-aset berharga tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Coretan Pena