BEBAS BERKICAU DI TWITTER


#bridgingcourse9

            Kita sekarang hidup dalam apa yang disebut Marchall Mc.Luhan sebagai lingkungan global (global village) (Prasetya,2005:9). Media komunikasi modern yang ada saat ini memungkinkan semua orang untuk berinteraksi dengan orang lain di berbagai belahan dunia. Salah satu media komunikasi yang saat ini populer adalah media sosial atau jejaring sosial. Saat ini banyak terdapat situs jejaring sosial yang memungkinkan penggunanya untuk bersosialisasi dengan orang lain. Salah satu dari situs jejaring sosial yang saat ini sedang digandrungi berbagai lapisan penduduk dunia adalah situs jejaring sosial yang bernama twitter.
            Twitter merupakan salah satu situs jejaring sosial yang ada di dunia yang tidak jauh berbeda dengan pendahulunya yaitu facebook dan friendster. Di situs jejaring sosial ini semua penggunanya bebas untuk mencurahkan apa yang ada di pikirannya ke dalam 140 karakter yang disediakan di twitter. Dengan segala fasilitas yang disediakan oleh twitter para pengguna memiliki kebebasan untuk berkicau. Para pengguna diberi kebebasan untuk menuliskan apapun yang ingin ditulis, mulai dari gagasan-gagasan yang dipunya, beriklan sampai curahan-curahan hati yang sebenarnya tidak perlu untuk dituliskan di twitter.
            Dengan adanya situs-situs jejaring sosial seperti twitter, manusia semakin dimanjakan dengan kegiatan di dunia maya yang bisa membuat ketagihan. Para pengguna twitter yang mayoritas anak muda semakin mengabaikan fungsi dari twitter yang sebenarnya. Selain sebagai jejaring sosial, twitter juga berfungsi sebagai micro blogging. Micro blogging ini sama fungsinya dengan blog, namun dalam skala yang lebih sempit sehingga apa yang ditulis tidak sebanyak saat menulis blog. Namun saat ini keberadaan fungsi tersebut tidak lagi terlihat. Apa yang dikicaukan para pengguna twitter lebih menunjukkan bahwa twitter berfungsi layaknya buku harian dalam bentuk online.
            Situs jejaring sosial seperti twitter ini memang menjanjikan popularitas. Pengguna twitter yang gila akan popularitas cenderung akan menggunakan akun twitter mereka untuk mendongkrak eksistensi mereka, meskipun pada kenyataan di dunia nyata mereka tidak sepopuler di dunia maya. Mereka yang hanya ingin eksis biasanya menuliskan twit-twit yang sama sekali tidak penting, contohnya setiap berada di tempat umum selalu dituliskan di twitter dengan tujuan pamer atau supaya dianggap eksis. Terkadang mereka juga menuliskan tentang perasaan mereka bahkan sampai kelemahan mereka di twitter. Tulisan-tulisan di twitter semacam itulah yang disebut ‘sampah’.
           Di era lingkungan global (global village) seperti sekarang ini, segala sesuatu yang ada di dunia ini ada nilainya. Budaya konsumerisme telah menjadi pusat dari perkembangan sosial modernitas. Kekuatan gagasan mengenai budaya konsumen tergantung pada kemungkinan pemasaran massa seiring dengan periklanan massa (Chaney,1996:57). Meluasnya budaya konsumerisme tersebut dimanfaatkan oleh para pengusaha(produsen) untuk terus menjejali masyarakat dengan iklan produk-produk mereka agar penjualan mereka meningkat. Akun twitter pun tidak luput dari permainan tersebut. Para produsen berlomba-lomba membuat akun twitter untuk mengiklanan produk-produk mereka. Selain itu ada pula yang rela membayar mahal pengguna twitteryang sudah populer untuk mengiklankan produk-produk mereka. Kondisi yang demikian memperlihatkan bahwa twitter juga digunakan sebagai media beriklan.
            The digital media also alters the scope of communication. Fandoms centering on Asian popular culture, … (Jenkins,2006:141). Selain sebagai media pemberi popularitas dan beriklan, twitter juga digunakan sebagai jaringan komunikasi untuk suatu komunitas-komunitas tertentu seperti komunitas pecinta anime Jepang, pecinta film Korea dan berbagai fans club yang ada di Indonesia maupun di luar.
            Dengan adanya kebebasan berkicau di twitter terkadang membuat penggunanya lupa tentang pentingnya kesopanan dan menghargai orang lain meskipun di dunia maya. Twitter memang memberikan kebebasan bagi penggunanya untuk menuliskan apa saja yang ingin dituliskan, namun hendaknya para pengguna bisa bersikap dewasa dengan menggunakan akun mereka sebagaimana mestinya dan tidak menggunkannya untuk hal-hal yang merugikan orang lain.





Daftar Pustaka
Abdullah, Muhaimin, 2011, Dampak Positif dan Negatif Jejaring Sosial, http://kompasiana.com/post/new-media/2011/08/07/dampak-positiif-dan-negatif-jejaring-sosial/, diakses pada tanggal 15 Oktober 2012 pukul 01.21 WIB.
Ahira, Anne, Kelebihan Twitter, http://www.anneahira.com/kelebihan-twitter.htm, diakses tanggal 14 Oktober 2012 pukul 11.00 WIB.
Apa Kegunaan Twitter Sebenarnya, http://4ngel.blogdetik.com/2011/03/28/apa-kegunaan-teitter-sebenarnya/, diakses pada tanggal 14 Oktober 2012 pukul 10.24 WIB.
Aruman, Edhy, 2012, Benarkah Twitter Mampu Mengubah Perilaku Konsumen?, http://edhy-aruman.blogspot.com/2012/02/benarkah-twitter-mampu-mengubah.html?m=1, diakses pada tanggal 15 Oktober pukul 02.00 WIB.
_____, 2012, 2012,Era Baru Pemasaran Media Sosial, http://edhy-aruman.blogspot.com/2012/01/2012-era-baru-pemasaran-media-sosial.html?m=1, diakses pada tanggal 15 Oktober 2012 pukul 02.00 WIB.
Chaney, David, 1996, Lifestyles: Sebuah Pengantar Komprehensif, Yogyakarta, Jalasutra.
Jenkins, Henry, 2006, Fans, Bloggers, and Gamers, New York, New York University press.
Prasetya, Darju,2005, Rahasia Menulis di Media Massa, Jogjakarta, Diglossia.
Putri, Ananda, 2012, Keuntungan Twitter melakukan Sensor, http://tempo.co/read/news/2012/01/30/072380526/Keuntungan-Twitter-Melakukan_Sensor, diakses tanggal 15 Oktober 2012 pukul 02.01 WIB.
Qoriawan, Terra, 2012, Fungsi Twitter: yang Sebenarnya, http://terra-qoriawan.blogspot.com/2012/03/fungsi-twitter-yang-sebenarnya.html, diakses pada tanggal 14 Oktober 2012 pukul10.00 WIB.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Coretan Pena